Life – Dreams = Job

Icon

Let's discuss about business and marketing, especially mobile marketing, just tweet me @yoseazka

Money Is (not) Everything

Banyak pro kontra soal pernyataan di atas, ada yang setuju dan ada yang tidak setuju bahwa uang adalah segalanya. Saya termasuk orang yang tidak setuju dengan pernyataan bahwa uang adalah segalanya. Tapi, saya juga tidak bisa membantah pernyataan bahwa segalanya butuh uang. Plin plan? I don’t think so….

Masih banyak hal lain yang harus kita nomor satukan dalam hidup ini, yang pertama tentunya Allah SWT. Kemudian kita juga memiliki keluarga, teman, pendidikan, kesehatan, amal dll. So, sangat jelas bahwa uang bukanlah yang nomor satu dalam hidup ini. Tapi dengan uang kita akan lebih mudah menjalankan prioritas-prioritas hidup kita tersebut.

Kalau kita masih kekurangan uang, maka kita akan bekerja keras untuk menutupi kekurangan tersebut. Secara langsung kita mengabdikan diri kita demi uang. Mau buktinya? Kita mendedikasikan minimal 8 jam sehari, 5 hari dalam seminggu untuk bekerja. For what? For money…… Jadi, dalam kondisi ini jelas waktu kita untuk ibadah, keluarga, teman dll akan sangat berkurang sekali.

Bayangkan ketika keluarga Anda sakit dan tidak mendapatkan perawatan yang maksimal, karena kekurangan uang. Bayangkan ketika anak Anda tidak bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik, karena kekurangan uang. Bayangkan seumur hidup Anda tidak bisa menunaikan ibadah haji, karena kekurangan uang. Bayangkan tetangga Anda menderita kelaparan, dan Anda tidak bisa membantu karena Anda juga kekurangan uang. Bayangkan, bayangkan dan bayangkan…..

Hanya orang yang berlebih lah yang tidak perlu mendedikasikan hidupnya untuk mengejar uang. Hanya orang yang memiliki uang yang banyak lah yang bisa menentukan prioritas hidupnya. Hal yang bijak adalah Anda harus berada terlebih dahulu dalam kondisi keuangan yang aman, dalam artian Anda memiliki pasif income yang bisa mengcover semua kebutuhan Anda. Ketika kondisi ini tercapai Anda dapat melakukan hal-hal yang Anda anggap prioritas. Anda bisa bermain seharian dengan anak, bisa beribadah seharian, bisa melakukan kerja social seharian, bisa berkumpul dengan teman seharian, atau kegiatan lain apapun yang Anda mau.

Jadi, mulai sekarang bikin perencanaan keuangan yang bijak. Make sure Anda berada pada jalur yang tepat untuk mencapai financial freedom, sehingga kelak Anda bisa bebas melakukan apapun yang Anda suka.

Filed under: Personal

6 Responses

  1. dodot says:

    tulisan di atas memang ada benarnya. sy sudah berada di level comfort zone sebagai karyawan PMA dan investor property dan pasar modal. tiba2 sy terkena PHK 4 bulan lalu 😦 sy tidak siap dg entreperenurship dan tiba2 saya harus mulai utk menghasilkan cash flow positif.

    bagaimana sy harus mengcover biaya hiduo yg mencapai belasan jt rupiah/bl sedang tdk ada income lain kec. hanya bunga deposito yg tidak cukup utk dapur ngebul. wirausaha sering di dengang dengungkan sbg keberanian, tp menurut sy itu hanya suara2 orang2 yg masih punya fixed income sbg karyawan. bag, saran bapak utk hal ini ? keahlian saya hanya sbg management dan finansial. teknis saya sudah kedaluarsa. trims.

  2. yosemind says:

    keahlian manajemen dan finansial sangat dibutuhkan saat ini, apalagi di zaman krisis. Bapak bisa bikin usaha konsultan manajemen dan keuangan buat umkm atau usaha besar. Justru udah banyak contoh, pengusaha besar yang lahir karena keterdesakan

  3. Ziz says:

    Berbeda dengan saya yang PNS, income hanya cukup dan pas, untuk memulai invest pasive income sangat beresiko karena pinjaman yang di lakukan akan memotong active income. Memprioritaskan pendidikan anak pun perlu pertimbangan yang melelahkan. Bersyukur semua anggota keluarga sehat. Rezeki Tuhan bukan hanya uang.

  4. yosemind says:

    Betul pak, rezeki Tuhan bukan hanya uang… Tp menurut saya dengan menjadi kaya berarti kita memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menjadi lebih rahmatan lil alamin.

  5. Herry says:

    uang…??? buat pusing tp uang bukan segalanya.

  6. Anders Jusuf says:

    Saya cukup senang tinggal dan bekerja di Swedia. Saya memang tidak kaya, tapi saya sejahtera. Di sini memang susah untuk kaya karena semakin tinggi penghasilan maka makin tinggi pula pajak yang harus dibayar (bisa mencapai 80% dari penghasilan!) Tapi hasilnya terasa: pendidikan gratis, kesehatan gratis, tunjangan hari tua, tunjangan anak, pelayanan publik yang sangat baik, lingkungan, udara dan air yang bersih, serta standar kualitas hidup yang tinggi. Di negeri sosialis ini, hak-hak pekerja sangat dihargai. Perusahaan tidak berhak melarang saya istirahat siang lebih lama untuk shalat Jumat atau misalnya mengantar anak ke rumah sakit pada jam kerja. Di sini saya kehilangan keinginan untuk kaya. Keadilan dan kesejahteraan sosial lebih penting.

Leave a comment

Top Clicks

  • None

RSS Unknown Feed

  • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.

Blog Stats

  • 479,104 hits

Bookmark Blog